Selasa, 07 Juli 2020

Tematik

Tematik

Proses belajar merupakan kegiatan yang dilakukan antara seorang guru dengan siswa dengan tujuan memperoleh informasi baru dari seorang guru. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inofatif. Tujuannya agar siswa dapat tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa memahami dan ikut aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran adalah “model diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu” (Ngatmini, dkk., 2010:94).

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan


 

 

 

antar konsep dalam mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa 2 dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Terlaksananya kegiatan scientific tersebut menuntut siswa mempunyai kreatifitas belajar yang baik. Dalam pembelajaran, kreatifitas balajar sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil belajar, menurut Utami Munandar (2012:45) kreatifitas adalah ungkapan (ekpresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Menurut Anies (dalam Asmani, 2013: 135) “proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreatifitas”.

Pendidikan saat ini tidak seharusnya fokus mengajarkan kecakapan yang sudah kadaluarsa, seperti menghafal, tetapi kemampuan menalar. Saat ini kerisauan pemangku kepentingan di bidang pendidikan adalah tentang kemampuan siswa Indonesia menalar masih rendah (Kemendiknas, 2012). Penilaian yang menyebutkan hal serupa adalah penilaian yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA) di tahun 2012. Hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan 64. Lemahnya


 

 

 

kemampuan memecahkan masalah dan menalar/menganalisis adalah salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi siswa Indonesia (IKetut Kertayasa, 2014).

Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan siswa menalar dan memecahkan masalah dalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Muhibbin Syah (2003: 155) mengatakan bahwa faktor pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Pembelajaran yang hanya menekankan hafalan tidak membuat kemampuan siswa menalar berkembang. Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Renald Kasali: 2012) mengatakan bahwa sistem pembelajaran yang dikonsep dengan hafalan membuat bangsa tidak kreatif. Oleh karena itu, pendidikan Indonesia harus dirancang untuk siswa berpikir secara kreatif dengan mendorong mereka memutar otak memecahkan suatu persoalan.

Mendikbud (2012) mengatakan bahwa bermodal pengetahuan saja tidaklah cukup. Siswa Indonesia membutuhkan kreatifitas. J.C. Coleman dan

C.L. Hammen (Rigina Safitri: 2014) menambahkan bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam konsep, pengertian, penemuan, dan karya seni. Berpikir kreatif akan memudahkan hidup. Seseorang yang mampu berpikir kreatif selalu memiliki jalan solutif dalam    proses    pemecahan    masalah.    Ke    depannya    Bangsa    Indonesia membutuhkan anak-anak yang kreatif ditambah unsur produktif, inovatif, serta afektif agar dapat mengatasi permasalahan pada perkembangan zamannya nanti. Pemikiran-pemikiran yang demikian menjadi pertimbangan dalam melakukan pengembangan kurikulum pendidikan Indonesia. Kurikulum 2013 menjadi produk dari pemikiran pengembangan kurikulum terbaru.

Kurikulum 2013 adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mendikbud (2012) menjelaskan bahwa tujuan Kurikulum 2013 mengarah pada peningkatan kompetensi seimbang antara sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Ketiga kompetensi tersebut didukung 4 pilar yaitu produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 diubah dengan mengamanatkan pendekatan saintifik/ilmiah yang diterapkan secara tematik terpadu dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik/ilmiah menerapkan lima keterampilan ilmiah dalam pembelajaran yaitu keterampilan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting), mengasosiasi/menalar (associating), dan mengkomunikasikan hasil temuan (networking) (Kemendikbud, 2013: 9)).

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menjelaskan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu  lingkungan belajar”. Salah satu amanat Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik. Dimana pendekatan saintifik sebagai penghubung dari pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan, dan membangun jaringan.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserta didik.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), kecuali pembelajaran di sekolah dasar dengan menggunakan pendekatan terpadu atau tematik integratif. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian mengkomunikasikan.


    Menurut H. Asis Saefuddin & Ika Berdiati (2014: 43), menjelaskan

 

Pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (Scientific approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba/menggali                                                                                 informasi/eksperimen, menalar/mengasosiasi/mengolah                                                 informasi, menyajikan/mengkomunikasi.

Kurikulum 2013 di SD/MI telah berdampak pada perubahan pendekatan


 

pembelajaran yang digunakan. Pendekatan baru tersebut, yaitu pendekatan tematik terpadu. Pendekatan tematik terpadu yaitu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Perubahan pendekatan pembelajaran, secara otomatis berubah pola beberapa hal yang terkait dengannya, seperti desain rencana pembelajaran, pengorganisasian materi, langkah-langkah pembelajaran, maupun teknik penilainnya. Hal ini sejalan dengan penjelasan Permendikbud RI No.65 Tahun 2013, yakni “Penyusunan silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.” Hal ini menegaskan bahwa rencana pembelajaran di SD/MI pada Kurikulum 2013 menggunakan RPP Tematik Terpadu dari Kelas I-VI pada tahun pertama pelaksanaan dan dilanjutkan di semua kelas pada tahun kedua dan seterusnya.


 

 

 

Pembelajaran saintifik menerapkan lima keterampilan ilmiah dalam pembelajaran yaitu keterampilan mengamati (observasing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting), mengasosiasi/menalar (associanting), dan mengkomunikasikan hasil temuan (networking) (Kemendikbud 2013: 9). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi yang diberikan dengan menggunakan metode ilmiah. Siswa diajarkan menalar dan bagaimana mengambil keputusan, bukan berpikir mekanistis dengan hanya mendengar dan menghafal saja. Siswa juga diberikan pemahaman bahwa informasi itu berasal dari mana saja dan kapan saja, tidak hanya bergantung pada informasi yang diberikan guru. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa aktif mencari tahu, mengembangkan kemampuan bernalar, dan membentuk siswa kreatif.

Berdasarkan informasi dari Kepala SDN-8 Palangka serta  Guru kelas V, dikemukakan bahwa sejak diterapkannya kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 pada kelas I dan IV saja, sedangkan saat ini diterapkan di semua jenjang kelas, maka pelaksanaan pembelajaran juga telah menggunakan pendekatan saintifik. Sebelum penerapan pendekatan aintifik tersebut, para guru telah mengikuti pelatihan tentang penerapan pendekatan saintifik yang terintegrasi dalam kurikulum 2013. Meskipun telah mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan, namun menurut guru kelas V, penerapan pendekatan


 

 

 

saintifik masih sederhana sehingga tidak semua komponen utama pendekatan saintifik dapat dilaksanakan secara maksimal. Selanjutnya dikatakan kondisi tersebut disebabkan masih terdapat berbagai hambatan dan kendala dalam penerapannya, kendala disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1) guru masih merasa belum maksimal dalam penguasaan kemampuan melaksanakan pendekatan saintifik, apalagi saat ini pelatihan tentang hal tersebut jarang dilakukan, (2) kondisi siswa yang masih belum terbiasa untuk bernalar (menghubungkan/ mengasosiasi), dan (3) ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran seperti buku pegangan guru dan buku siswa sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan mengkomunikasi serta kendala-kendala yang dihadapi  guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan scientific ini. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan melakukan penelitian dengan judul : Penerapan Pendekatan Saintifik di Kelas V SDN-8 Palangka Kota Palangka Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar