Minggu, 05 Juli 2020

ANALISIS NASKAH DRAMA IBU KARYA MBAH JOGLO

ANALISIS NASKAH DRAMA

 

IBU

KARYA MBAH JOGLO

 

 

 

 

 

IBU

KARYA MBAH JOGLO

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.    Sinopsis

 

Bu Surti adalah seorang wanita yang kesehariaanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian di kampungnya. Ia tinggal bersama seorang anak perempuan yang bernama Sari. Keduanya hidup bahagia meski dalam kesederhanaan tanpa kemewahan harta. Bu Surti sangat mencintai Sari, anak yang diasuhnya dengan penuh kasih sayang walaupun sebenarnya Sari bukanlah anak kandungnya melainkan hanya dipungut Bu Surti dari mantan majikannya. Selama ini Bu Surti merahasiakan jati diri Sari yang sebenarnya baik kepada Sari sendiri maupun para tetangga di sekitarnya. Namun hal inilah yang menyebabkan Bu Surti cemas dan takut jika suatu hari Sari pergi meninggalkannya begitu tahu bahwa dia bukan ibu kandungnya.

Pada suatu hari Bu Surti merasa cemas karena Sari belum pulang dari sekolahnya. Dengan perasaan cemas tersebut Bu Surti berharap dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan Sari. Tak lam kemudian Saripun datang bersama teman-temannya. Sari menjelaskan kepada Bu Surti bahwa mereka terlambat pulang karena baru saja selesai mengikuti Try Out di sekolah. Mendengar hal itu Bu Surti merasa lega dan selanjutnya mempersilahkan teman-teman Sari untuk duduk beristirahat. Mereka pun berbincang-bincang tentang sekolah dan masa depan mereka. Tapi dalam perbincangan itu BuSurti merasa terusik batinnya karena beberapa pertanyaan dari teman-teman Sari yang seolah mampu untuk mengungkap jati diri Sari yang sebenarnya, bahwa dia bukan anak kandunnya.

Bu Surti memutuskan untuk pergi mengantarkan cucian ke rumah Bu Tejo untuk menghindari pertnyaan-pertanyaan dari teman-teman Sari. Kemudian Bu Surti pergi seorang diri seraya berpamitan kepada sari dan teman-teman walaupun Sari berkeinginan untuk mengantarkan ibunya tersebut. Namun karena cemas akhirnya Sari dan teman-temannya mengikuti Bu Surti ke rumah Bu Tejo secara diam-diam.

Di rumah Bu Tejo, tanpa diduga Bu Surti bertemu dengan Bu Bagus, ibu kandung Sari, yang saat itu bertamu di rumah Bu Tejo.

Keduanya pun sama-sama terkejut. Akhirnya keduanya pun saling berbicara sesaat setelah Bu Tejo masuk kedalam rumahnya. Bu Bagus mendesak Bu Surti agar mengembalikan putri kandung yang selam ini dianggapnya telah di culik oleh mantan pembantunya itu. Tetapi Bu Surti tidak mau mengembalikan sari padanya karena telah terlanjur sayang dan telah menganggap Sari seperti anaknya sendiri.

Semua yang dibicarakan oleh Bu Bagus dan Bu Surti secara tidak sengaja didengar oleh Sari yang sebelumnya telah mengikuti bersama teman-temannya. Kemudian Sari meminta penjelasan kepada Bu Surti atas rahasia yang selama ini disimpannya dan Bu Surti meminta Sari untuk kembali kepada ibu kandungnya yaitu Bu Bagus. Namun Sari menolaknya dan tetap ingin hidup bersama Bu surti yang sangat disayanginya. Bu Bagus pun menyesali perbuatannya.

 

 

 

 

 

2.    Tema

 

Tema yang terkandung dalam naskah drama “  Ibu “ adalah pertemuan yang tak terduga dengan ibu kandungnya.

 

3.    Alur / Plot

 

Alur  atau plot yang terkandung dalam naskah “ Ibu “ adalah alur maju yang terbagi atas beberapa bagian adalah sebagai berikut.

 

a.    Pengenalan

 

Tahap pengenalan dalam naskah ini telah terlihat pada pada pengantar cerita yang terdapat pada dialog berikut.

 

Bu Surti : Sampai saat ini sari belum juga pulang ya ? ( Bu surti tampak begitu cemas )

Biasanya jam segini (sambil melihat ke arah jam dinding yang terpasang di dinding rumahnya yang amat sederhana) Sari sudah pulang.

Ada apa ya…? (bu Surti beranjak dari tempat duduknya dan melihat ke luar jendela) Padahal cuaca hari ini cerah, tidak hujan.

Ya Allah lindungilah Sari anakku, jauhkanlah dia dari hal-hal yang dapat membahayakan dia, Aku tidak mau kehilangan dia…karena dia sangat berarti bagiku. Aku amat menyayangi dia. Meskipun…meskipun dia bukan anakku kandungku sendiri…(bu Surti sedih sekali)

Sari…dimana kau Nak…? Sari pulanglah nak !!! Ibu menghawatirkan mu…

b.    Pertikaian

 

Tahap pertikaan dalam naskah ini telah terlihat pada pada pengantar cerita yang terdapat pada dialog berikut.

Bu Surti : (sambil menghela nafas) “Bukannya Ibu tidak mengijinkan, tapi…kita dapat biaya dari mana? Kamu kan tahu sendiri Sari, penghasilan Ibu sebagai buruh cuci saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Sedangkan yang Ibu tahu biaya kuliah itu mahal sekali. Lagi pula…Ibu tidak mau berpisah jauh dari Sari…”

 

c.    Puncak

 

Tahap puncak dalam naskah ini telah terlihat pada pada pengantar cerita yang terdapat pada dialog berikut.

 

 

Sari : “Ibu…ibu enggak apa-apakan…? Maaf temen-temen, mungkin Ibu agak sedikit kaget. Sebenarnya bapakku sudah lama meninggal dunia. Aku sendiri enggak tahu wajah aslinya. Selama ini aku mengenal dia hanya melalui selembar foto

 

d.    Penyelesaian

 

Tahap penyelesaian dalam naskah ini telah terlihat pada pada pengantar cerita yang terdapat pada dialog berikut.

Semua yang dibicarakan oleh Bu Bagus dan Bu Surti secara tidak sengaja didengar oleh Sari yang sebelumnya telah mengikuti bersama teman-temannya. Kemudian Sari meminta penjelasan kepada Bu Surti atas rahasia yang selama ini disimpannya dan Bu Surti meminta Sari untuk kembali kepada ibu kandungnya yaitu Bu Bagus. Namun Sari menolaknya dan tetap ingin hidup bersama Bu surti yang sangat disayanginya. Bu Bagus pun menyesali perbuatannya.

 

4.    Perwatakan / Karakter Tokoh

 

      Bu Surti : Penyabar ( Protagonis )

 

      Bu Bagus : Ambisius ( Antagonis )

     

Sari  :     Lembah lembut dan pandai ( Deotragonis )

Wula, Heni, Dewi : Teman Baik Sari ( Utilitiy / Peran Pembantu )

 

 

 

 

5.    Setingg / Latar

Setting / latar terbagi atas 3 bagian :

1.    Waktu

      Dalam naskah drama “ Ibu “ ini waktu yang digambarkan oleh penulis terjadi pada pagi hari, terlihat pada dialog berikut.

Ada apa ya…? (bu Surti beranjak dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela) Padahal cuaca hari ini cerah, tidak hujan.

 

2.    Tempat

Latar tempat yang ada didalam naskah ini terjadi diteras rumah bu Bu Tejo dan Bu Surti.

 

      Dalam naskah drama “ Ibu “ ini waktu yang digambarkan oleh sudah hamper 5 tahun ini ibu Surti menjadi buruh cuci dirumah Bu Tejo, tetangganya yang jaraknya sekitar tiga rumah dari rumah bu surti, bu surti tiba – tiba cemas dan khawatir akan keberadaan sari, anak yang diasuh sejak kecil, yang belum pulang dari sekolah.

 

3.    Peristiwa

Peristiwa dalam naskah drama “ Ibu “ ini yang digambarkan hanya fiktif belaka karena jalan ceritanya dalam drama ini berdasarkan khayalan imajinasi penulis saja.

 

5.    Dialog

1.    Ragam bahan yang digunakan pada naskah ini adalah ragam bahasa lisan yang komunikatif karena sebagian besar bahasanya digunakan dalam dialog drama ini menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga penonton atau pembaca mudah memahami tentang isi naskah tersebut.

2.    Diksi

        Diksi yang digunakan dalam dialog naskah init telah sesuai dengan keadaan sang tokoh salah satu contoh yang terdapat pada dialog berikut.

        Sari : Sudah lah kalian ini kaya kucing dan tikus saja…

3.    Bersifat Estetis

 

Estetis adalah memiliki nilai keindahan pada sebuah naskah dalam suatu dialog.

Contohnya seperti dialog berikut.

                      

Sari…dimana kau Nak…? Sari…Pulanglah Nak…!Ibu sangat mengkhawatirkanmu…”

4.    Mewakili Kehidupan Tokoh.

Naskah yang mewakili kehidupan tokoh seperti salah satu contoh berikut.

 

Bu Surti ( sambil menghela nafas )

(sambil menghela nafas) “Bukannya Ibu tidak mengijinkan, tapi…kita dapat biaya dari mana? Kamu kan tahu sendiri Sari, penghasilan Ibu sebagai buruh cuci saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Sedangkan yang Ibu tahu biaya kuliah itu mahal sekali. Lagi pula…Ibu tidak mau berpisah jauh dari Sari…”

 

6.    Petunjuk Laku

 

        Petunjuk Laku dapat dilihat pada dialog.

 

HARI ITU SEPERTI BIASA BU SURTI TAMPAK MENYAPU DI TERAS RUMAHNYA. SUDAH HAMPIR 5 (LIMA) TAHUN INI BU SURTI MENJADI BURUH CUCI DI RUMAH BU TEJO, TETANGGA YANG JARAKNYA SEKITAR TIGA RUMAH DARI RUMAH BU SURTI. BU SURTI TIBA-TIBA CEMAS DAN KHAWATIR AKAN KEBERADAAN SARI, ANAK YANG DIASUHNYA SEJAK KECIL, YANG BELUM PULANG DARI SEKOLAH.

Pada contoh diatas merupakan contoh petunjuk laku menggunakan huruf cetak,

Sari : (kelihatan bingung) “…aku…aku…”

Dan yang terdapat pada dialog diatas adalah petunjuk laku yang bertulis miring.

 

 

7.    Amanat / Pesan

 

        Amanat / pesan yang terdapat pada naskah ini bahwa apapun yang dirahasiakan pasti akan ketahuan juga seperti cerita dalam naskah drama “ Ibu “ ini. Dengan pertemuan yang tak terduga antara ibu surti dan bu Bagus akhir rahasia itu terkuak semua. Karena suatu Penyesalan atas perbuatan yang dulu akan datang terlamabat.

 

 

8.    Pendekatan Sosiologi

 

·               Pengarang Dan Masyarakat

 

Pengarang menyampaikan kepada penikmat yaitu kebaikan seorang ibu yang mengambil anak asuh.

 

Pengarang menyampaikan kepada para penikmat bahwa Ia tidak menyukai seorang Ibu yang menelantarkan anaknya demi karirnya saja

 

·               Pengarang Karya Sastra

 

Pertemuan yang tak terduga antara Bu surti dan Bu Bagus, yang akhirnya Sari mengetahui ibu kandungnya siapa.

 

·               Masyarakat Karya Sastra

 

Cerita dalam naskah drama ini di ambil dari kehidupan masyarakat saja.

 

9.    Proses Gramatikal

1.   Acuan Persona

 

      Acuan Persona yang terkandung dalam Naskah ibu.

     

Bu Surti : “Ibu denger dari tadi sepertinya kalian asyik banget ngobrolnya. Memangnya apa yang sedang kalian bicarakan…?

Kata Ibu yang terdapat pada dialog atas adalah kata ganti Surti, Ibunya Sari.

Sari : “Iya Bu. Sari kan sudah diterima PMDK. Tapi…kalau ibu mengijinkan…”

Kata Sari yang terdapat pada dialog diatas adalah kata ganti orang yang mengacu pada dirinya sendiri yaitu Sari anaknya Bu Surti.

Ibu : Sari…dimana kau Nak…? Sari…Pulanglah Nak…!Ibu sangat mengkhawatirkanmu…”

Kata nak yang terdapat pada dialog atas merupakan kata ganti orang yang menunjukkan Sari sebagai anaknya bu Surti.

 

2.   Acuan Demonstratif

      Waktunya terjadi dipagi hari, terlihat dari dialog berikut.

Ada apa ya…? (bu Surti beranjak dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela) Padahal cuaca hari ini cerah, tidak hujan.

Sedangkan tempatnya terjadi dirumah Bu Tejo dan Rumah Ibu Surti sendiri.

 

3.   Acuan Komparatif

            Acuan Komperatifnya terdapat pada dialog berikut ini.

Wulan : “Saya mau nerusin ke London Tante. Kata Papa disana fasilitasnya lebih lengkap dan berkualitas gitu dech Tante…”

Heni : “Kamu mau kuliah ke London…? (sambil tersenyum sinis) Emangnya kamu bisa bahasa Inggris…?”

Wulan : “Ya tentu bisa dong Hen. Ini aku kasih contoh ‘I love You…”

Heni : “Kalau itu mah anak kecil juga bisa Lan, Oh ya… kalau saya kuliah di UI lho Tante,ambil jurusan Ekonomi Bisnis. Heni kan cinta tanah air…”

Wulan : “Eh…siapa juga yang nanya…?”

Heni : “Aku kan cuma ngasih informasi. Iya kan Tante…?”

Bu Surti : “Iya. Kalau kamu Dewi? Kamu mau kuliah dimana? Ibu pehatiin kamu kok dari tadi diem aja…?”

Dewi : “Saya kuliah di UNESA Tante, ambil jurusan PGSD sama kayak Sari. Kemarin kan, daftarnya bareng sama Sari Tante. Dan kita diterima lho…!”

Pada dialog diatas terlihat adanya perbandingan Dialog walan yang ingin kuliah ke London sedangkan Heni ke UI, dan Dewi dan sari hanya di UNESA saja.

 

4.   Elipsis

Terjadinya Elipsis ata pelepasan kata yag terdapat dalam naskah ini terlihat pada dialog berikut.

Sari : “Ya sudahlah Bu…Sari enggak maksa kok Bu untuk kuliah. Meskipun enggak bisa kuliah, Sari kan bisa bekerja untuk menambah penghasilan, juga masih bisa menemani Ibu. Bener kan Bu…

Dalam dialog diatas terjadi pelepasan seharusnya ada kata untuk bukan ditandai dengan tanda koma.

Sari kan bisa bekerja untuk menambah penghasilan “ dan ” juga masih bisa menemani Ibu. Bener kan Bu…

 

5.    Perangkaian

Perangkaian yang terkandung dalam naskah ini terdapat pada dialog berikut.

Bu Surti : (sambil menghela nafas) “Bukannya Ibu tidak mengijinkan, tapi…kita dapat biaya dari mana? Kamu kan tahu sendiri Sari, penghasilan Ibu sebagai buruh cuci saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Sedangkan yang Ibu tahu biaya kuliah itu mahal sekali. Lagi pula…Ibu tidak mau berpisah jauh dari Sari…”

Kata tapi yang terdapat pada dialog diatas merupakan perangkaian pengecualian.

Ya Allah lindungilah Sari anakku, jauhkanlah dia dari hal-hal yang dapat membahayakan dia, Aku tidak mau kehilangan dia…karena dia sangat berarti bagiku. Aku amat menyayangi dia. Meskipun…meskipun dia bukan anakku kandungku sendiri…(bu Surti sedih sekali)

Kata Karena pada dialog diatas merupakan dialog yang menunjukan Harapan.

 

 

 

10. Proses Leksikal

1.    Repitisi

        Repitisi yang terkandung dalam dialog berikut.

Ya Allah lindungilah Sari anakku, jauhkanlah dia dari hal-hal yang dapat membahayakan dia, Aku tidak mau kehilangan dia…karena dia sangat berarti bagiku. Aku amat menyayangi dia. Meskipun…meskipun dia bukan anakku kandungku sendiri…(bu Surti sedih sekali)

Sari…dimana kau Nak…? Sari…Pulanglah Nak…!Ibu sangat mengkhawatirkanmu

Banyak terjadinya repetisi yaitu pada kata Nak dan anak.

 

2.   Sinonim

Sinonim yang terkandung dalam dialog berikut ini terdapat pada kata Sangat berarti dan sangat menyayangi.

Ya Allah lindungilah Sari anakku, jauhkanlah dia dari hal-hal yang dapat membahayakan dia, Aku tidak mau kehilangan dia…karena dia sangat berarti bagiku. Aku amat menyayangi dia. Meskipun…meskipun dia bukan anakku kandungku sendiri…(bu Surti sedih sekali)

 

3.   Antonim

Sinonim yang terkandung dalam dialog berikut ini terdapat pada kata Nyontek dan Pinter.

Dewi : “Iya nyontek…sama si Sari. Sari kan pinter Tante…”

4.    Kolokasi / Sanding kata

 

Wulan : “Saya mau nerusin ke London Tante. Kata Papa disana fasilitasnya lebih lengkap dan berkualitas gitu dech Tante…”

Heni : “Kamu mau kuliah ke London…? (sambil tersenyum sinis) Emangnya kamu bisa bahasa Inggris…?”

Wulan : “Ya tentu bisa dong Hen. Ini aku kasih contoh ‘I love You…”

Heni : “Kalau itu mah anak kecil juga bisa Lan, Oh ya… kalau saya kuliah di UI lho Tante,ambil jurusan Ekonomi Bisnis. Heni kan cinta tanah air…”

Wulan : “Eh…siapa juga yang nanya…?”

Heni : “Aku kan cuma ngasih informasi. Iya kan Tante…?”

Bu Surti : “Iya. Kalau kamu Dewi? Kamu mau kuliah dimana? Ibu pehatiin kamu kok dari tadi diem aja…?”

Dewi : “Saya kuliah di UNESA Tante, ambil jurusan PGSD sama kayak Sari. Kemarin kan, daftarnya bareng sama Sari Tante. Dan kita diterima lho…!”

Dialog diatas merupakan Kolokasi yang menunjuk kan dalam bidang Pendidikan.

 

 

5.    Sanding kata  Hiponim, Makna Kata yang memiliki makna Lain.

Wulan : “Saya mau nerusin ke London Tante. Kata Papa disana fasilitasnya lebih lengkap dan berkualitas gitu dech Tante…”

Heni : “Kamu mau kuliah ke London…? (sambil tersenyum sinis) Emangnya kamu bisa bahasa Inggris…?”

Wulan : “Ya tentu bisa dong Hen. Ini aku kasih contoh ‘I love You…”

Heni : “Kalau itu mah anak kecil juga bisa Lan, Oh ya… kalau saya kuliah di UI lho Tante,ambil jurusan Ekonomi Bisnis. Heni kan cinta tanah air…”

Wulan : “Eh…siapa juga yang nanya…?”

Heni : “Aku kan cuma ngasih informasi. Iya kan Tante…?”

Bu Surti : “Iya. Kalau kamu Dewi? Kamu mau kuliah dimana? Ibu pehatiin kamu kok dari tadi diem aja…?”

Dewi : “Saya kuliah di UNESA Tante, ambil jurusan PGSD sama kayak Sari. Kemarin kan, daftarnya bareng sama Sari Tante. Dan kita diterima lho…!”

Hiponim yang terdapat pada dialog diatas yaitu kata UNESA, UI, yang merupakan bagian dari Perguruan Tinggi.

6.    Ekuivalen

             Bu Surti : ”Waalaikumsalam…”

…aduh Sari, dari mana saja kau Nak…? Ibu sangat mengkhawatirkanmu…

Sari : “ Ibu enggak usah khawatir ..Sari baik-baik aja kok. Tadi di sekolah ada pelaksanaan try out, Bu, jadi pulangnya agak telat. Oh ya…, perkenalkan Bu, ini teman-teman Sari. Teman-teman, ini ibuku…!

Kata Mengkhawatirkan dan Khawatir yang terdapat dalam dialog tersebut.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar