Jumat, 15 Juli 2016

Mengarang itu mudah



a.    Kerangka Karangan
1)   Pengertian kerangka karangan
Dalam proses penyusunan karangan ada tahapan yang harus dijalani yaitu salah satunya membuat kerangka karangan. Menurut Mila (2011:134) kerangka karangan adalah “rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan”.
Adapun menurut Keraf (dalam Mulyati, dkk :2008) kerangka karangan adalah “ suatu cara untuk menyusun suatu rangka yang jelas dan struktur yang teratur dari isi karangan yang digarap”.
Berdasarkan pendapat di atas kerangka karangan adalah suatu cara yang harus dilalui sebelum melakukan kegiatan penulisan karangan.
2)   Fungsi da manfaat kerangka karangan
Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan. Melalui kerangka karangan dapat melihat kekuatan dan kelemahan pada perencanaan karangannya. Selain itu, kerangka karangan juga memiliki manfaat. Seperti yang diungkapkan Yeti Mulyati, dkk ( 2008:9.4) yaitu:
a)    Kerangka karangan sangat membantu penulis memetakan ide-idenya secara teratur.
b)   Kerangka karangan dapat menghindari pemunculan sebuah gagasan secara berulang.
c)    Kerangka karangan dapat membantu penulis dalam mengontrol kuantitas dan kualitas gagasan-gagasan yang hendak dituangkan ke dalam tulisan secara memadai dan proposional.
d)   Kerangka karangan dapat memandu penulis dalam mengontrol arah dan sasaran tulisannya agar tidak keluar dan menyimpang dari topik dan judul yang telah ditentukan.
e)    Melalui kerangka karangan, penulis memiliki peluang untuk memperluas bagian-bagian pokok karangan yang telah tersusun.
f)    Melalui pemetaan ide-ide dalam kerangka karangan, kevariatifan suasana dalam sebuah karangan dapat dibuat oleh penulis secara mudah.
g)   Kerangka karangan akan mempermudah dan membantu penulis dalam mencari bahan tulisan dan sumber-sumber rujukan yang diperlukan.
  
Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa fugsi dan maanfaat kerangka karangan adalah sebagai pedoman penulis untuk membuat karangan yang baik, dan tuntunya menarik untuk dibaca.
b.    Teknik Penilaian Hasil Karangan
Dalam memberikan penilaian terhadap hasil karangan tidaklah mudah, karena setiap peserta didik memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam memilih gagasan untuk dituangkan mereka kedalam bentuk tulisan. Burhan Nurgiyantoro (2009: 304) mengemukakan “penilaian terhadap hasil karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Begaimanapun juga betapapun kadarnya, unsur subjektivitas penilaian pasti berpengaruh.”
Selain model di atas, Harris (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2009: 306)  mengemukakan model pendekatan analisis yang lain, misalnya analisis unsur-unsur karangan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah “content (isi gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).”
Pada model ini, penilaian yang dilakukan sebelumnya harus menentukan bobot dari masing-masing unsur karangan yang ingin dinilai. Setiap unsur mempunyai bobot penilaian yang berbeda-beda, dengan skor maksimum berjumlah seratus.
Tabel 2
Model Penilaian Tugas Menulis
Dengan Pembobotan Masing-Masing Unsur
Menurut Harris (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2009: 307)

No.
Unsur yang dinilai
Skor Maksimum
Skor Siswa
1.
Isi gagasan yang di kemukakan
35
……………
2.
Organisasi isi
25
……………
3.
Tata bahasa
20
……………
4.
Gaya pilihan struktur dan kosa kata
15
……………
5.
Ejaan
5
……………

Jumlah
100
……………
Berdasarkan unsur yang nilai dalam menulis karangan menurut Amran Halim, dkk (dalam Yeti Mulyati, 2008) mengemukakan ada lima komponen penting yang terdapat dalam sebuah karangan yaitu:
1)      Isi atau subtansi karangan.
2)      Bentuk karangan.
3)      Tata bahasa.
4)      Gaya
5)      Penerapan ejaan dan tanda baca.

Adapun penjelasan dari pendapat Amran Halim, dkk (dalam Yeti Mulyati, 2008)
1)   Isi atau subtansi karangan adalah hal-hal yang dituangkan ke dalam karangan. Isi karangan dapat berupa ide, pengalaman, fakta, atau informasi-informasi yang diperoleh melalui bacaan.
2)    Bentuk karangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu karangan dalam bentuk formal dan nonformal. Contoh karangan dalam bentuk formal antara lain laporan, surat dinas, jurnal, dan karyailmiah. Sedangkan karangan yang berbentuk nonformal antara lain cerpen, dogeng, novel, dan karya-karya sejenis.
3)   Tata bahasa merupakan aturan-aturan bahasa yang berlaku. Tata bahasa dalam tulisan meliputi tata cara menggabungkan kata atau morfem (morfologi), penyusunan kalimat (sintaksis), serta aturan-aturan atau tata cara penulisan.
4)   Gaya, berhubungan dengan pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa yang digunakan oleh seorang penulis. Komponen ini sangat besar pengaruhnya terhadap isi tulisan. Pilihan kata banyak memiliki keterkaitan dengan komponen-komponen lain dalam tulisan, terutama keterkaitannya dengan tujuan, bentuk tulisan, terutama keterkaitannya dengan membaca.
5)   Penerapan ejaan dan tanda baca dalam sebuah tulisan harus disesuaikan dengan ejaan yang berlaku. Penggunaan ejaan yang tidak mengukuti aturan-aturan kebahasaan akan mengganggu pemahaman pembaca terhadap isi tulisan, hal ini menimbulkan tulisan menjadi tidak komunikatif. 

Ref.
Mulyati,Yeti, dkk. (2008). Bahasa Indonesia. Jakarta : 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar