Sabtu, 05 September 2020

Pendekatan Pembelajaran



 

1.       Pengertian Pendekatan Pembelajaran

 

Pengertian pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan (Hosnan, 2014: 32). Pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2006: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pengertian pendekatan pembelajaran menurut Hosnan (2014: 32) antara lain adalah sebagai berikut.

1.  Perspektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran.

2.  Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran.


 

Pendekatan pembelajaran menurut Sagala (2006: 68) merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dari pengertian- pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang digunakan sebagai landasan menentukan model, metode, dan teknik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya dengan berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. Pendekatan pembelajaran dibuat untuk meyakinkan (1) ada alasan untuk belajar; (2) siswa belum mengetahui apa yang apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai (Sagala, 2006: 68).

 

2.   Jenis-Jenis/Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran

 

Pendekatan pembelajaran yang umum dipakai oleh para guru antara lain pendekatan konsep dan proses, deduktif dan induktif, ekspositori dan heuristik, pendekatan kecerdasan, dan pendekatan kontekstual (Sagala, 2006: 71). Penjelasan dari pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.

a.  Pendekatan Konsep dan Proses

 

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk


 

menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Sedangkan pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari sumber  di luar sekolah. Siswa melakukan kegiatan percobaan, pengamatan, pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan sendiri.

b.  Pendekatan Deduktif dan Induktif

 

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh- contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu ke dalam keadaan khusus. Sedangkan pendekatan induktif proses penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin atau proses berfikir dari khusus menuju umum.

c.  Pendekatan Ekspositori dan Heuristik

 

Pendekatan ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang  dikenal dengan istilah ceramah. Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk


 

membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pembelajaran menggunakan metode pemuan dan metode inkuiri.

d.  Pendekatan Kecerdasan

 

Siswa memiliki kecerdasan yang beragam. Hal itu menjadi tugas guru dan konselor menjadi amat penting untuk memberikan arahan pada  apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Untuk mengetahui sejauh mana kecerdasan siswa, perlu adanya pengukuran melaui tes. Penggunaan tes yang standar untuk mengukur kecerdasan itu menjadi bagian dari tanggung jawab profesional para guru. Pelayanan belajar di sekolah yang difasilitasi oleh pemerintah merupakan bagian dari jaminan kualitas. Jaminan kualitas ini yang akan memberi arah kepada para siswanya untuk mampu bertahan dan juga mampu berkembang sesuai potensi kecerdasannya.

e.  Pendekatan Kontekstual

 

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran tidak kaku dan terencana. Hal ini memiliki makna bahwa pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan


 

materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak terhadap sistem pembelajaran. Salah satunya adalah adanya perubahan pendekatan dari cara lama ke cara baru. Menurut Sagala (2006: 69) beberapa perubahan dalam pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

a.          Penerapan prinsip-prinsip belajar yang lugas dan terencana.

 

b.         Mengacu pada aspek-aspek perkembangan sesuai tingkatan siswa.

 

c.          Menggunakan metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran.

d.         Menggunakan pengukuran dan evaluasi hasi belajar yang standar untuk mengukur kemajuan belajar.

e.          Penggunaan alat-alat audio visual dengan memanfaatkan fasilitas maupun perlengkapan yang tersedia secara optimal.

Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang guru yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Pendekatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunkan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunkaan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual.


 

3.       Pendekatan Saintifik

 

a.       Pengertian Pendekatan Saintifik

 

Menurut penulis pendekatan saintifik termasuk dalam pendekatan proses dan kontekstual. Dimana dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih menekankan kedua pendekatan tersebut. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Sedangkan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sagala, 2006: 71). Karena dalam pendekatan proses siswa melakukan kegiatan pengamatan, percobaan, pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan sendiri yang sejalan dengan langkah-langkah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah (Fadlillah, 2014: 175). Pendekatan saintifik erat kaitannya dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh dari pengamatan dan percobaan (Sani, 2014: 50).


 

Menurut Fadlillah (2014: 176), Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication). Pendapat tersebut sejalan dengan Kemendikbud (2013: 2) Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran melalui proses ilmiah yang  dilakukan melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Kelima proses ilmiah tersebut diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Daryanto, 2014: 51).


 

b.   Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik

 

Menurut Hosnan (2014: 36) pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

1)        Berpusat pada siswa.

 

2)        Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3)        Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalammerangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.

4)        Dapat mengembangkan karakter siswa.

 

c.  Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

 

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014: 36) didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1)        Untuk meningkatkan kemampuan kemampuan intelek, khususnya kemamuan berpikir siswa.

2)        Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3)        Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4)        Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

 

5)        Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6)        Untuk mengembangkan karakter siswa.


 

 

 

 

d.       Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

 

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Daryanto (2014: 58) adalah sebagai beriku:

1)        Pembelajaran berpusat pada siswa.

2)        Pembelajaran membentuk students self concept.

3)        Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4)        Pembelajaran      memberikan       kesempatan      pada      siswa      untuk mengantisipasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5)        Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

6)        Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7)        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8)        Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

4.         Langkah-Langkah    Umum    Pembelajaran    dengan    Pendekatan Saintifik

Pelaksanaan pendekatan saintifik/ pendekatan berbasis keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar melalui: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2015: 23).

Langkah-langkah pendekatan saintifik (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan


 

data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai dan sikap-sikap  non  ilmiah  (Hosnan,  2014:  37).  Di dalam kurikulum 2013 ini pembelajaran difokuskan pada pendekatan scientific. Pendekatan scientific mengharuskan siswa melaksanakan kegiatan 5M yaitu, 1) Mengamati, 2) Menanya, 3) Menalar, 4) Mencoba, dan 5) Mengkomunikasikan.

Adapun penjelasan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1.   Mengamati (Observing)

 

Pengamatan atau observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi (Sani, 2014:54). Menurut Hosnan (2014: 40), mengamati adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati bertujuan untuk mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interrelasinya elemen-elemen/ unsur tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola kultural tertentu.

Kegiatan mengamati mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna. Menurut Daryanto (2014: 60) metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses


 

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti diantaranya: menyajikan media atau objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu siswa, serta pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna.

Kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) (Kemendikbud, 2015: 116). Peran guru dalam kegiatan mengamati adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati. Guru dapat menyajikan media berupa gambar, video, benda nyata, miniatur, dll (Hosnan, 2014: 40). Guru memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda/objek (Daryanto, 2014: 61). Siswa terlibat langsung dalam kegiatan mengamati objek/media yang akan dipelajari atau digunakan saat pembelajaran. Kompetensi yang ingin dikembangkan dalam kegiatan ini adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang yang diamati tersebut (Hosnan, 2014: 41).

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1)   Menemukan objek yang akan diobservasi.


 

2)    Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

3)   Menentukan data-data apa yang perlu diobservasi.

 

4)   Menentukan tempat objek yang akan diobservasi.

 

5)   Menentukan bagaimana observasi akan dilakukan.

 

6)   Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.

 

Siswa melakukan pengamatan terhadap suatu benda untuk mengetahui karakteristiknya, misal: warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau, suara, dan teksturnya. Benda dapat menunjukan karakteristik yang berbeda jika terkena pengaruh lingkungan. Perilaku manusia juga dapat diamati oleh siswa. Pengamatan terhadap perilaku manusia dilakukan untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respon, pendapat, dan karakteristik lainnya.

Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengunakan panca indera dan hasilnya didiskripsikan secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan dengan angka.

 

 

Tabel 1. Contoh Data Kualitatif dan Kuantitatif

 

Contoh Data Kualitatif

Contoh Data Kuantitatif

Warna benda putih

0

Suhu benda 23 C

Bersuara keras/nyaring ketika

dipukul

Panjang benda 20 cm

Tekstur permukaannya halus

Massa benda 500 gram


 

2.   Menanya (Questioning)

 

Langkah ke dua pada pendekatan saintifik adalah questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik (Hosnan, 2014:48). Guru harus mampu menginsprirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didik belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal (Majid, 2014:215).

Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang diamati atau untuk menambah informasi tentang objek pengamatan (dari pertanyaan faktual hingga hipotetik). Kegiatan menanya diharapkan dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan menanya merupakan kegiatan untuk mendorong,


 

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Pertanyaan yang muncul menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut.

3) Mengumpulkan Informasi

 

Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari menanya. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, pengamatan, atau melakukan percobaan. Kompetensi yang diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.

Menurut Hosnan dan Ed. (2014: 57) kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau osbjek yang lebih teliti, atau bahkan dengan melakukan eksperimen. Aktivitas belajar siswa adalah menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen) mengumpulkan data

Tugas guru dalam mengembangkan kemampuan menanya adalah menyusun pedoman kegiatan siswa untuk melakukan berbagai aktifitas mengumulna informasi, misalnya menyusun pedoman melakukan eksperimen/pengamatan, menyusun pedoman wawancara dan menentukan


 

sumber    bacaan    yang    perlu    dibacaoleh    siswa    sesuai    dengan   topik pembelajaran yang dipelajari.

4.   Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar

 

Kegiatan mengasosiasi merupakan kegiatan mengumpulkan informasi, fakta maupun ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun mencoba untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi merupakan kegiatan untuk memperluas dan memperdalam informasi yang diperoleh sampai mencari solusi dari berbagai sumber. Sedangkan dalam kegiatan menalar, peserta didik menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan seharihari. Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksudkan merupakan penalaran ilmiah, walaupun penalaran nonilmiah tidak selalu


 

tidak bermanfaat (Majid, 2014:223). Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer, peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam 16 referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Hosnan, 2014:67).

 

5.   Mengomunikasikan

 

Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari baik dengan cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru dapat memberikam konfirmasi jika ada kesalahan pemahaman peserta didik. Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (M. Hosnan, 2014: 37-76).


 

Peran guru pada kegiatan mengkomunikasikan adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama- sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan dapat disajikan dalam tabel berikut.

 

Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

 

Kegiatan

Aktivitas Belajar

Mengamati

(observing)

Melihat,      mengamati,       membaca,      mendengar,

menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu

kebiasaan)

Mengumpulkan

Data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan

yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data

Mengasosiasi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured -

uni structure-multistructur-ecomplicated structure

Mengomunikasikan

Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media

lainnya

Sumber: M. Hosnan (2014:39)


 

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka langkah pendekatan saintifik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati (proses pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada objek secara sistematis), menanya (pengajuan pertanyaan mengenai objek pengamatan untuk hal-hal yang belum dipahami maupun untuk menambah informasi dari objek pengamatan), mengumpulkan data (pengumpulan data/informasi dari kegiatan mengamati dan menanya), mengasosiasi (mengkaji lebih luas dan lebih dalam informasi yang telah diperoleh serta mengidentifikasi hubungannya dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari), dan mengomunikasikan (penyampaian hasil diskusi kelompok mengenai materi yang sedang dipelajari untuk mengetahui kebenaran dari hasil diskusi/mendapatkan konfirmasi dari guru) (catatan pembimbing ditambah uraiannya beserta contoh).

 

 

5.       Perangkat Pembelajaran

 

Sebelum guru melaksanakan pembelajaran untuk mengaplikasikan pendekatan saintifik, maka guru harus menyusun perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai panduan ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Berikut diuraikan hal-hal yang yang berkenan dengan perangkat pembelajaran.

a.     Pengertian Perangkat Pembelajaran

 

Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Persiapan


 

mengajar merupakan salah satu tolak ukur dari sukses seorang guru. Kegagalan dalam perencanaan sama saja dengan merencanakan kegagalan. Hal tersebut menyiratkan betapa pentingnya melakukan persiapan pembelajaran melalui pengembangan perangkat pembelajara.

Peraturan pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang- kurangnya tujuh pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Daryanto dan Dwicahyono , 2014).

Proses pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun  guru akan siswa mampu belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Bertemali dengan definisi ini, jika guru akan melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu guru tersebut harus menyusun perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini nantinya akan digunakan sebagai alat pemandu bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perencanaan pembelajaran haruslah lengkap, Sistematis, mudah diaplikasikan, namun tetap fleksibel dan akuntabel (Abidin, 2014).

Perangkat pembelajaran merupakan suatu perangkat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpatisipasi aktif. Perangkat pembelajaran yang diperlukan


 

dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

 

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Istilah standar kompetensi tidak lagi dikenal pada kurikulum 2013, muncul istilah baru yaitu kompetensi Inti (Daryanto, 2014).

Dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 dijelaskankan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, efisien, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta


 

didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Abidin, 2014).

Hal yang sangat mendasar dari RPP Kurikulum 2013 ini adalah bahwa pendekatan pembelajaran harus menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang lebih menunjukkan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Sementara guru lebih banyak menampilkan perannya sebagai pembimnbing dan fasilitator belajar siswa. Komponen RPP terdiri atas beberapa elemen dasar sebagaimana diuraikan dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 yakni identitas, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), deskripsi materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta media/alat, bahan, dan sumber belajar. Dalam Permendikbud Nomor

59 Tahun 2014 dijelaskan, menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip seperti perbedaan individu peserta didik, partisipasi aktif, kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik, pengembangan budaya membaca dan menulis, pemberian umpan balik, dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

b.     Langkah-langkah Pembuatan RPP

 

Langkah-langkah pembuatan RPP pada kurikulum 2013 dijelaskan oleh Daryanto dan Dwicahyono (2014) seperti dibawah ini.

a)       Identitas RPP

 

Menuliskan identitas RPP yang terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, materi pokok, dan alokasi waktu. Alokasi


 

waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit).

b)  Tujuan RPP

 

Pada bagian tujuan RPP harus tercantum secara jelas Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pencapaian Kompetensi. KI, KD dan Indikator merupakan suatu alur pikir yang saling terkait. Berkenaan dengan Indikator Pencapaian, menurut Abidin (2014) Indikator Pencapaian harus dapat diukur sehingga disarankan untuk menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur dan mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

c)     Materi Pembelajaran

 

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai indikator. Materi dikutip dari materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.

d)    Metode

 

Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Pada bagian ini dicantumkan pendekatan pembelajaran dan metode- metode yang diintegrasikan dalam satu pengalaman belajar siswa:


 

1.         Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.

2.         Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inquiri, observasi, tanya jawab, dan seterusnya.

d)       Langkah-langkah Pembelajaran

 

Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah- langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/ pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.               Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan pada proses pem- belajaran ialah sebagai berikut:

a.  Orientasi: kegiatan orientasi adalah memusatkan perhatian siswa terhadap materiyang akan dipelajari. Orientasi dapat dilakukan dengan demostrasi singkat, eksperimen singkat, bercerita, menunjukkan benda yang menarik, menggambarkan illustrasi, dan lain sebagainya.

b. Apersepsi: kegiatan apersepsi merupakan pemberian persepsi awal kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Tahap apersepsi juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, seperti dengan memberikan pertanyaan atau mengaitkan apa yang


 

telah diketahui atau dialami siswa dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan pendahuluan juga dapat dilakukan dengan:

1)     Motivasi: kegiatan motivasi dilakukan untuk memberikan gam- baran manfaat mempelajari suatu pelajaran.

2)      Pemberian Acuan: kegiatan pemberian acuan berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Pemberian acuan juga dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar. Serta dapat pula melakukan kegiatan pembagian kelompok belajar atau penjelasan mekanisme pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2.           Kegiatan Inti

 

Kegiatan inti berisikan langkah-langkah sistematis yang dilalui siswa untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skema (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar siswa dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator. Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah LKS.  Menurut Prastowo (2011) denga menggunakaan LKS dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebuh mengaktifkan siswa, mempermudah siswa dalam memahami materi, sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas, serta memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.


 

3.               Kegiatan Penutup

 

Kegiatan penutup merupakan langkah akhir proses pembelajaran.  Kegiatan                                                    penutup dilakukan bertujuan untuk membuat rangkuman/simpulan, menetapkan konsep, memberikan tes atau tugas. Dapat juga dengan memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, si rumah, atau tugas sebagai remidi/pengayaan.

4.       Sumber Belajar

 

Pemilihan sumber belajar mengacu pada silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Pada sumber harus dituliskan secara lengkap, seperti buku yang digunakan selama proses pembelajaran, nara sumber, dan sumber belajar lai yang relevan. Buku yang digunakan harus ditulis secara lengkap identitas judul, pengarang, penerbit, kota terbit, dan tahun terbitnya. Jika akan menggunakan nara sumber sebagai sumber belajar, perlu dituliskan profil nara sumber yang akan dilibatkan dalam pembelajaran.

 

 

5.       Penilaian

 

Pada bagian penilaian harus dituliskan secara jelas jenis/ragam/prosedur/ bentuk penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Selain menuliskan jenis atau bentuk penilaian yang akan digunakan, pada bagian ini harus dituliskan instrumen serta pedoman penilaian. Yang mana pada


 

instrumen dan pedoman penilaian dapat dilampirkan. Penilaian harus meliputi tiga ranah tujuan yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

 

 

c.     Prosedur Pengembangan RPP

 

Tahapan pada pengembangan RPP menurut Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1.  Mengaji Silabus Secara umum, untuk setiap materi pembelajaran pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap spiritual, sikap diri, dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kegiatan ini kemudian dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah- langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengajian juga meliputi perumusan indikator, KD dan penilaian.

2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik; intelektual; emosional; dan spiritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur keilmuan,


 

aktualitas; kedalaman; dan keluasan materi pembebelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan peserta didik, serta alokasi waktu.

3. Mengembangkan Indikator pencapaian kompetensi Indikator pencapaian kompetensi adalah tanda-tanda atau perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)- 3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan); dan perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yang kedua-duanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

5.  Penjabaran Jenis Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian sikap dilakukan dengan pengamatan, penilaian diri, dan melalui jurnal (catatan pendidik). Untuk menilai pengetahuan dilakukan dengan tes dan penugasan. Sedangkan untuk meilai keterampilan dilakukan melalui kinerja (praktik), portfolio, projek,


 

dan produk. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

6.  Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

7.  Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

 

 

B.   Penelitian yang Relevan

 

Beberapa hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah :

1.               Penelitian yan dilakukan oleh Mega Selvira Paut, dengan judul penelitian : Penerapan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas IV di SDN Pujokusuman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan


 

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru sudah menerapkan pendekatan saintifik secara maksimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan dalam penerapan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba,  menalar, dan mengkomunikasikan sudah dilaksanakan oleh guru. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukan bahwa siswa sudah terlibat secara aktif, antusias, dan termotivasi. Beberapa kendala yang ditemukan oleh guru selama proses pembelajaran dapat diatasi.

2.               Penelitian yang dilakukan oleh Mariana, dkk. dengan judul penelitian : IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III SD NEGERI

13 PONTIANAK BARAT. Penelitian ini bertujuan  pemahaman guru dalam melaksanakan pendekatan Saintifik pada proses Pembelajaran Tematik, rancangan Pembelajaran Tematik dalam melaksanakan pendekatan Saintifik. Cara menumbuhkan semangat belajar dengan pembelajaran Tematik. Penelitian ini untuk mendeskripsikan pemahaman guru dalam melaksanakan pendekatan Saintifik pada proses Pembelajaran Tematik. Cara menumbuhkan semangat belajar dengan Pembelajaran Tematik. Data tersebut diperoleh dengan cara observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil


 

penelitiannya adalah (1) Pemahaman awal guru tentang pendekatan Saintifik pada pembelajaran Tematik masih belum begitu baik. (2) Rancangan Pembelajaran Tematik dalam pendekatan Saintifik (RPP) sudah mengacu pada langkah-langkah yang sesuai. (3) Pelaksanaan pembelajaran Tematik telah diorkestrasikan berbasis pada Student Active Learning (SAL) konstruktivisme, menyenangkan, dan bermakna dengan melakukan pembelajaran yang banyak melibatkan peserta didik.

3.               Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilaturrahmi , dengan judul penelitian : ANALISIS KEMAMPUAN GURU SEKOLAH  DASAR DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD 06 Bangkinang Kota Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik dengan menerapkan pendekatan saintifik di sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah dasar 016 Bangkinang Kota. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes komunikasi matematik bentuk uraian. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan 5 langkah pendekatan saintifik yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil dengan menggunakan tes, observasi, wawancara, dan diskusi. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, yaitu siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan (6


 

x 35 menit) dan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (6  x 35 menit). Hasil penelitian dari setiap siklus yang telah dilaksanakan terlihat adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada siklus I , nilai rata-rata kemampuan komunikasi siswa adalah persentase 92,61% siswa,dan pertemuan 2 persentasenya 62,54%. Pada siklus II pertemuan 1, nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematik adalah 8,71 dengan persentase 86% siswa dan pada siklus II pertemuan 2, nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa adalah 85 dengan persentase 97,20 siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat juga adanya peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

 

C.     Pertanyaan Penelitian

 

Pertanyaan penelitian dikembangkan berdasarkan fokus penelitian dan digunakan sebagai rambu-rambu untuk memperoleh data penelitian. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :

1.               Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas V SDN-8 Palangka ?

2.               Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di kelas V SDN-8 Palangka ?

3.               Bagaimana penilaian pembelajaran di kelas V SDN-8 Palangka ?